Tujuan: Untuk membandingkan intensitas latihan berjalan kaki sambil bermain sepak bola (WF) dengan berjalan kaki (WA) dan untuk mendeskripsikan karakteristik gerakan spesifik WF. Desain: Studi potong lintang. Latar: Fasilitas olahraga Universitas Saarland, Jerman. Pasien: Delapan belas pasien dengan faktor risiko kardiovaskular CVRF dan penyakit (13 pria dan 5 wanita, usia: 69 ± 10 tahun). Variabel bebas: Pasien menyelesaikan pertandingan WF dan sesi WA masing-masing 2 x 10 menit. Analisis video digunakan untuk mengkarakterisasi gerakan selama WF. Ukur Hasil Utama: Laju pengerahan tenaga yang dirasakan (RPE, Skala Borg 6-20), % denyut jantung maksimum (HRmax), nyeri muskuloskeletal pada skala analog visual (VAS, 1-100 mm) sebelum dan hingga 72 jam setelah latihan, dan pola gerakan selama WF. Hasil: RPE rata-rata selama WF (12,1 ± 2,7) dan WA (11,9 ± 3,0) tidak berbeda (P = 0,63). Rata-rata HR selama WF (79 ± 12% dari HRmax) lebih tinggi daripada selama WA (71% ± 11%; P < 0,01). Koefisien variasi variabilitas HR selama WF (10,3% ± 5,8%) dan WA (7,1 ± 5,5%) tidak berbeda (P = 0,13). Tidak ada pengaruh mode latihan (WF vs WA) pada persepsi nyeri muskuloskeletal (P = 0,96 untuk interaksi). Aktivitas pemicu cedera seperti lunge (median: 0,5 (rentang interkuartil (IQR) 0-1,3)) dan tendangan gawang (median: 4 (IQR: 1,8-5,3)) jarang terjadi selama WF. Kesimpulan: Jalan kaki sambil bermain sepak bola bisa menjadi alternatif WA untuk program pencegahan kesehatan pada pasien dengan CVRF dan penyakit lainnya, karena olahraga ini memiliki karakteristik ketegangan kardiosirkulasi yang dapat diatasi, RPE sedang, induksi nyeri rendah, dan sedikit aktivitas yang dapat memicu cedera.