Tujuan:
Konsekuensi klinis infeksi coronavirus pada judokas elit dengan bronkokonstriksi yang diinduksi olahraga (EIB) tidak jelas. Kami bertujuan untuk menentukan potensi kelainan fungsi pernapasan dan pemulihan pada atlet dengan dan tanpa EIB setelah infeksi sindrom pernapasan akut parah coronavirus-2 (SARS-COV-2).
Desain:
Studi kohort retrospektif.
Pengaturan:
Pusat Persiapan Olimpiade Türkiye.
Peserta:
Studi retrospektif ini menganalisis data yang dikumpulkan dari 25 judokas elit berturut-turut yang didiagnosis dengan dan tanpa infeksi EIB dan SARS-COV-2, secara rutin diikuti di pusat olahraga Olimpiade antara September 2020 dan 2021.
Variabel Independen:
Kekuatan otot pernapasan dan data fungsi paru dikumpulkan sebelum dan hingga 90 hari setelah infeksi SARS-COV-2.
Ukuran Hasil Utama:
Pengukuran termasuk tekanan inspirasi maksimal (MIP), tekanan ekspirasi maksimal (MEP), volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1), Kapasitas Vital Paksa (FVC), FEV1/Rasio FVC, dan aliran ekspirasi puncak (PEF).
Hasil:
Atlet yang terinfeksi dengan EIB memiliki kekuatan otot pernapasan yang lebih berkurang secara nyata dan fungsi paru daripada mereka yang tidak EIB. Tekanan inspirasi maksimal menurun sebesar 14% dan MEP sebesar 8% dari awal pada atlet yang terinfeksi dengan EIB selama masa tindak lanjut. Demikian juga, Fev1 dan FVC menurun sebesar 4%. Tekanan inspirasi maksimal, anggota parlemen, fev1dan FVC tetap abnormal setelah 90 hari infeksi SARS-COV-2 pada atlet EIB tetapi dinormalisasi dengan cepat pada atlet non-EIB. Aliran ekspirasi puncak tampaknya tidak terpengaruh selama masa tindak lanjut. Keparahan bronkokonstriksi yang diinduksi olahraga berkorelasi sedang dengan penurunan maksimum dalam MEP selama masa tindak lanjut.
Kesimpulan:
Infeksi sindrom pernapasan akut parah coronavirus-2 sangat mengurangi kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru pada judokas, terutama mereka yang memiliki EIB yang sudah ada sebelumnya, sehingga memperpanjang waktu pemulihan spontan.