Tujuan: Untuk menilai karakteristik tidur atlet sepak bola dan bola basket perguruan tinggi dan mengeksplorasi hubungan antara tidur dan risiko cedera. Desain: Studi kohort. Tempat: NCAA D1 dan NAIA Tingkat 1. Peserta: Seratus delapan puluh satu pelajar-atlet sepak bola dan bola basket perguruan tinggi (42% perempuan; usia rata-rata: 20,0 ± 1,7 tahun). Variabel Independen: Kuesioner diberikan selama pramusim 2020/2021 dan 2021/2022, mengumpulkan demografi, riwayat cedera, riwayat kesehatan, dan informasi tidur, termasuk skor kategori kesulitan tidur 0 hingga 4 (tidak ada), 5 hingga 7 (ringan), dan ≥8 (sedang/berat) serta ukuran gangguan tidur lainnya yang diperoleh dari Athlete Sleep Screening Questionnaire (ASSQ), termasuk durasi tidur yang tidak mencukupi (<7 jam tidur) dan kualitas tidur subyektif yang buruk. Ukuran Hasil Utama: Semua keluhan cedera lutut dan pergelangan kaki. Hasil: Menurut ASSQ, 25,4% (95% interval kepercayaan (CI), 17,9-34,3) pelajar-atlet mengalami kesulitan tidur ringan dan 12,7% (95% CI, 7,3-20,1) mengalami kesulitan tidur sedang/berat. 36,1% (95% CI, 29,1-43,6) memiliki durasi tidur yang tidak mencukupi. 17,1% (95% CI, 11,7-23,7) tidak puas dengan kualitas tidur mereka (kualitas tidur buruk), dan 13,8% (95% CI, 9,1-19,7) memiliki kronotipe “malam hari”. Berdasarkan model regresi logistik multivariabel, pelajar-atlet dengan kualitas tidur buruk memiliki peluang cedera yang jauh lebih tinggi (OR: 2.2, 95% CI, 1.04-4.79, P = 0.039). Kesimpulan: Pola tidur disfungsional yang relevan secara klinis lazim terjadi di kalangan mahasiswa atlet sepak bola dan bola basket perguruan tinggi. Kualitas tidur yang buruk secara signifikan dikaitkan dengan risiko cedera di kalangan pelajar-atlet. Temuan menunjukkan adanya masalah tidur yang cukup besar pada pelajar-atlet sepak bola dan bola basket perguruan tinggi dan menjamin bahwa pelajar-atlet disaring secara teratur dan intervensi tepat waktu diterapkan.